Petugas Penjaga Palang Pintu Perlintasan

Tak bisa dipungkiri, sejak Covid-19 banyak sektor industri terpukul. Bidang keuangan, fast moving, pariwisata begitu pun perhubungan.

Karena Covid-19, interaksi antar orang dibatasi. Dengan pembatasan, maka mobilitas dan aktivitas masyarakat akan berkurang. Sehingga, kebutuhan jasa transportasi umum juga akan turun signifikan.

Volume produksi di tempatku kerja juga begitu, tentu mengalami penurunan karena permintaan menurun. Dengan menurunnya volume output produksi, maka target perlu ditinjau ulang. Semua target, baik itu energi, maintenance cost dan lainnya. Semua harus dikurangi. Demi kelanjutan industri itu sendiri.

Mungkin begitulah hidup, bergerak tak tertebak. Hanya yang hati-hati dan waspada yang akhirnya bertahan.

Sepulang kerja kemarin, ada hal menarik yang kujumpai.

Di tempatku bekerja, dekat dengan perlintasan kereta api. Di situ, jalan yang tiap hari kulalui, selalu melewati palang pintun perlintasannya.

Pas sekali ketika hendak lewat, ada kereta yang akan melintas. Sambil menunggu aku mencoba mengamati sekitar. Pandanganku terpusat pada penjaga palang perlintasan.

Ia melihat dengan seksama, dari sisi satu ke sisi lain. Sebuah jalan raya yang dipisahkan sepasang palang pintu perlintasan. Sambil peluit ditiup dan salah satu tangannya menekan tombol berwarna merah. Aku rasa tombol itu berfungsi untuk memerintahkan palang pintu tersebut menutup. Sambil sebagian kepalanya keluar dari gedung berukuran tak kurang dua meter persegi, untuk memastikan kembali. Memastikan palang pintu itu sudah benar-benar tertutup dan tak ada pengendara yang menerobos.

Usai serentetan prosedur tadi berjalan dan telah dipastikan aman, ia keluar dari gedungnya, membawa senter. Senter tadi mengeluarkan cahaya putih menyilaukan. Aku rasa senter LED.

Sudah lama sekali aku tak pernah menggunakan moda transportasi itu, terakhir yang kuketahui biasanya petugas menenteng lampu dengan rumah lampu seperti lampu minyak jaman dulu, untuk memberikan isyarat ke masinis jika lokomotif bisa jalan dan area sudah aman.

Sudah banyak berubah ternyata.

Ia mengelipkan senter ke arah datangnya kereta sebanyak dua kali. Hidup-mati-hidup-mati. Mungkin sebagai tanda ke masinis jika area sudah aman untuk dilewati.

Selang beberapa detik, kereta pembawa bahan bakar itu lewat, sambil terdengar suara sirine dari lokomotifnya. Tanki-tanki yang dibawanya itu bertuliskan PERTAMINA. Kuhitung, 12 gerbong banyaknya.

Kurang dari lima menit, kereta tadi sudah benar-benar lewat. Deru mesinnya masih terdengar. Segera, palang pintu tadi membuka. Dan pengendara motor dan mobil kembali berjalan.

Aku jadi teringat momen masa lalu. Ketika untuk pertama kalinya aku keluar dari rumah, pergi, sendiri dengan kereta api ekonomi. Berbincang dengan orang-orang baru, membantu mengangkat koper penumpang lain, hingga saling mengucap salam perpisahan dengan orang yang baru kukenal sehari sebelumnya.

Ternyata aku tumbuh makin tua, namun apakah aku sudah menjadi dewasa. Entahlah.

Tinggalkan komentar