Pak M dan Filosofi Jawa

Dapat kamu jumpai dari sebuah perjalanan hidup kamu, seseorang yang mungkin terabaikan dari pandangan kebanyakan manusia modern dan bertempat di sendi kehidupan yang tidak pernah diperhitungkan. Manusia lapis kedua.

Namun dia senantiasa ikhlas dalam hidupnya, tidak pernah bergeming dengan perbuatan yang diterimanya dan tetap memandang hidup dengan gembira.

Ketika orang yang berposisi yang mungkin lebih prestis hasil peluh dan kecerdasannya namun tetap mengeluh dalam menjalani hidup atau seorang yang sama posisinya dengannya namun mengeluh,

Dia tetap tersenyum dan menjalani hidup seperti biasa.

Seseorang yang saya jumpai di tempat kerja. Mungkin sebagai bentuk hormat saya, tidak akan saya sebutkan namanya. Ini hanya sebagai motivasi untuk tetap berfikir positif terhadap Tuhan akan hidup yang telah diberikan kepada saya dan anda. Dapatlah saya sebut sebagai Pak M.

Tetap bekerja ada maupun tanpa pengawasan atasan, meski upah yang diterimanya, saya rasa tidak sepadan.

Mengerjakan tugas dengan lapang, meski dia bisa memberontak, atau pilih seperti pekerja kebanyakan. Bekerja kalo ada bos, dan ngopi disambi ngerumpi kalo bos sirna. Filosofi sederhana untuk bertahan, namun bukan solusi.

Tiap sore ketika pulang kerja saya selalu melihat wajah lelahnya, namun tetap bisa melempar senyum kepada siapa saja.

Mungkin beliau ini pemegang teguh filosofi jawa.

Filosofi orang jawa itu mengajarkan untuk selalu bersyukur pada setiap momen.

Apabila menaiki mobil dan mobilnya pecah ban satu, filosofi jawa mengajarakan tetap syukur. Syukur karena hanya satu ban yang pecah bukan dua. Apabila ban mobil pecah dua, tetaplah syukur yang muncul dari mulut, sebab hanya dua saja ban yang pecah, bukan tiga. Sampai ban yang keempatpun pecah dan as mobil patah, tetap syukur, sebab bukan kaki yang patah.

Pelajaran untuk memandang positif pada setiap kesempatan yang dapat kita petik dari filosofi tersebut.

Dalam Islam dikenal dengan istilah husnudzon yaitu berbaik sangka. Berbaik sangka pada setiap momen dan kondisi.

Apabila ada orang yang menegur kita, berfikirlah bahwa dia cinta kepada kita sebab itu dia menegur kita, sebagaimana orang tua menegur kita sebagai bentuk sayang. Apabila ada seorang yang komplain atas suara keras yang keluar dari Toa tempat ibadah, mungkin ada sebab atau mungkin dia punya orang tua yang sedang sakit atau anak kecil yang tak elok bagi kesehatan apabila kurang tidurnya.

Kerasnya hidup jangan lantas membatukan hati dan sikap. Alotnya rutinitas jangan biarkan untuk merubah sifat manusia kita. Tetap selalu mengambil sisi positif dan belajar untuk lebih komprehensif dalam memandang.

Bukankah islam datang untuk merubah akhlak dan bukankah islam adalah rahmatan lil ‘alamin.