Mr. Iglesias

Saya akan mengingatnya. Sebuah kutipan yang saya rasa cocok sebagai pengisi kembali semangat di kala ia seperti lampu neon yang hendak rusak. Redup.

Dengan bahasa yang sederhana, mampu menyampaikan pesan moral luar biasa.

“Thank you for believing in me, when i didn’t believe in myself” begitu bunyi penggalan kutipan dari Gabriel Iglesias. Seorang komedian Amerika Serikat.

Kutipan tersebut saya dapat dari sebuah serial TV yang ditayangkan oleh Netflix, dengan judul Mr. Iglesias.

Jika anda ingin menonton serial TV ringan dengan selipan komedi tanpa adegan “menyek-menyek”, hahaha. Saya sarankan untuk menontonnya, cocok sebagai pengisi akhir pekan anda. Serial yang mengangkat kisah dunia pendidikan di Amerika. Meski ringan tapi tetap sarat makna.

Musim pertama episode 1 dibuka dengan scene di dalam kelas, dengan materi sejarah. Suasana interaktif antara guru dan murid. Guru melempar pertanyaan, dan murid menimpalinya. Sungguh American style sekali. Selama saya belajar formal, saya belum pernah merasakan atmosfer seperti di serial TV tersebut. Murid-murid diajari kritis dalam berfikir dan berani menyampaikan pendapatnya. Hal yang jarang saya temui di “sini”.

Drama tanpa konflik, ibarat masakan tanpa penyedap. Kurang umami istilahnya. Begitu pula dalam serial Mr. Iglesias ini. Konflik terjadi, mana kala Mr. Iglesias mendapati beberapa murid di kelasnya mendapat surat karena “underperforming”. Mr. Iglesias berupaya keras untuk tetap mempertahankan murid-muridnya dari “counseled out” dan tekanan Assistant Principal.

Ternyata, sesempurna apapun sebuah sistem, pasti tetap meninggalkan celah. Tinggal seberapa jauh mau berbenah.

Di Amerika sana saja seperti itu, apalagi di kita.

Tak ada yang sia-sia dalam usaha memeperbaiki sistem pendidikan. Kita tak pernah tahu, dari bagian mana dari sebuah usaha di pendidikan yang dapat merubah seseorang.

Ingat, kita tak pernah tau nasib seseorang.

Salam. Selamat berakhir pekan.

Tinggalkan komentar